Seberapa bangga kamu menjadi
warga negara Indonesia? Jika sudah bangga, sumbangsih apa yang telah
dikontribusikan untuk negeri ini? Jika sebaliknya, kenapa anda merasa tidak
bangga menjadi warga negara Indonesia, apakah yang menyebabkan anda harus tidak
memberikan kontribusi terhadap negara anda? Banyak sekali pertanyaan yang
bersarang dalam kepala ini, tapi apakah pertanyaan demi pertanyaan ini mampu
memberikan apa yang anda mau? Ketika anda memilih menjadi warga Indonesia
mengapa anda memilih diberi janji manis ketimbang bukti yang pahit (tidak
sesuai harapan). Inilah bukti bahwa warga negara Indonesia lebih mau diberi
janji manis ketimbang diberikan bukti.
Perselesihan antara warga Indonesia
yang satu dengan yang lainnya, semakin hari semakin seru dengan adanya kegiatan
lima tahunan ini. Perserteruan tidak terjadi hanya dikalangan parlemen yang
berebut kursi, tapi dengan adanya demokrasi segala perseteruan merayap ke
bagian elemen yang paling bawah. Begitu indah demokrasi yang berlangsung di
negeriku, tapi begitu konyol oknum yang mendaftarkan dirinya ke dalam lingkaran
perseteruan. Janji adalah sebuah ucapan yang memberikan harapan dan pengharapan
bagi yang mendengarkan dan mengharapkan. Adanya janji karena diyakini adanya sebuah
hasil dari perjanjian. Apa yang dijanjikan oleh mereka yang memiliki tujuan
kepada orang yang membantunya? Bermacam – macam dari mulai a sampai dengan z. Pernahkah
berpikir betapa lemahnya kadar kecerdasan yang dimiliki jika hanya terus –
terusan diberikan janji manis? Mungkin pernah anda merasakan sebuah penantian
dari penantian tersebut ada hal yang akan anda dapat, entah itu kepastian
ataupun itu sesuatu hal yang memang diharapkan. Lalu apakah setelah yang
dinanti itu tiba datang membawa penantian yang anda butuhkan atau sebaliknya? Jika
penantian itu tiba dengan harapan yang diharapkan maka berbahagialah anda,
tetapi jika sebaliknya terjadi, apa yang anda rasakan? Bukankah itu menyakitkan
bukan? Contoh lagi anda dijanjikan setelah akhir bulan, anda akan diberikan
jawaban atas apa yang telah anda pertanyakan baik itu secara pertanyaan atau
itu sebuah kesediaan, dengan demikian anda pun menawarkan diri untuk menjadi
seseorang yang dibutuhkan, sosok yang selalu ada saat dibutuhkan, sehingga anda
merasa anda yakin dengan jawaban yang akan anda terima tapi jika pada
kenyataannya jawaban itu melenceng, berapa kali anda membayangkan kehidupan
yang akan anda tata dengan orang yang anda tunggu jawabannya dalam sehari?
Janji memang manis beda dengan
bukti sangat pahit. Anda dijanjikan dibelikan mobil saat membantu orang yang
butuh bantuan anda, tapi setelah keinginannya terwujud orang itu pergi berlalu
tanpa mau mengenal anda, kalimat dan sikap seperti apa yang akan anda keluarkan
untuk orang tersebut?
Dalam proses pemilu 2019 ini,
banyak sekali yang mengumbar janji manis untuk mendapatkan dukungan dari para
pendukung, tetapi lihatlah ke belekang janji itu sangat manis bahkan lebih
manis dari gula, tapi kenyataannya tidak pernah ada yang terrealisasi, karena
apa? Ini yang harus anda tahu, karena mereka yang berjanji belum tentu
mendapatkan apa yang ia mau, karena sebelumnya mereka tidak pernah duduk di
sana, tapi saat mereka duduk disana, mereka tidak tahu apa yang mereka harus
lakukan, sehingga banyak dari mereka kecerdasannya di loss-wat kan, sehingga
sikap dan prilakunya sudah tidak sejalan dengan janji manisnya. Dan ini bukan
hanya sekedar tulisan kosong tanpa makna, tapi sudah banyak bukti yang kita
temui di lapangan bahkan sampai hari ini orang yang pernah kita dukung tidak
pernah menyempatkan diri untuk datang ke kediaman kita, beda halnya dengan
mereka orang yang memiliki derajat lebih tinggi dari kita, entah.
Bukti yang pahit bak sebuah obat,
mereka hanya akan mengkonsumsinya saat mereka butuh saja, beda dengan yang
manis seperti susu, inginnya mereka setiap hari meminumnya. Tapi mereka tidak
sadar manfaat obat yang akan mereka rasakan dampaknya bagi tubuhnya. Seperti itulah
apa yang mereka rasakan saat mereka menjadi pendukung individu atau kelompok
atau badan.
Pesan penulis, buat kalian
minumlah jamu meskipun pahit tapi itu adalah obat, artinya jangan takut dan
khawatir dengan bukti kerja, itu memberikan anda motivasi untuk tidak berleha –
leha dalam menjalankan kehidupan, anda ditantang oleh kehidupan untuk hidup
lebih hidup. Karena anda harus sadari esok hari adalah tanda tanya, masihkah
kita bisa bernafas atau tidak bernafas kita tidak pernah tahu, tapi bagaimana
dengan keturunan kita jika kita ajarkan sesuatu hal yang memang manis dia awal
tapi pahit di akhir? Bukankah mereka juga berhak menerima kebahagiaan, bukan? Maka
dari sanalah harus tercipta sebuah pemikiran yang bijaksana, bahwa dalam
menentukan pilihan tak perlulah memilih yang mengobral hal – hal yang manis –
manis dan ketahuilah bahwa rasa sakit itu adalah tanda untuk kita berhati –
hati dalam menentukan sikap dan prilaku, karena bukan hanya untuk kita dimasa
ini tapi untuk anak cucu kita di masa mendatang.
Comments
Post a Comment